Rabu, 10 Juni 2009

Ketika Siswa Kompak Boikot

Suatu ketika saya melaksanakan team teaching dengan Bu Ari (Ari Ardyani, S.Pd.) untuk mapel conversation di kelas XI IPS 1 di SMAN 1 Pacet. Pada pertemuan hari itu kami merancang retelling story. Proses awal saya membagi kelas menjadi lima kelompok (masing-masing beranggotakan sekitar 8 orang siswa. Setelah itu saya membaca kisah Pak Belalang dalam bahasa Inggris yang sudah disiapkan Bu Ari sebelumnya. Diharapkan setelah saya membaca kisah Pak Belalang ada wakil dari kelompok menceritakan ulang (retelling story). Tapi apa yang terjadi? Dengan provokasi salah satu siswa semuanya kompak tidak ada yang mau maju.

Sempat dongkol juga di dalam hati saya. Alhamdulillah timbul ilham. Kebetulan saat itu sekitar jam 7.30 dan matahari bersinar terang. Saya ajak semua siswa keluar kelas menuju lapangan. Di tengah lapangan, di bawah sinar matahari pagi yang agak panas tetapi menyegarkan, saya mengulang cerita Pak Belalang tanpa membaca teks. Siswa berdiri sesuai kelompoknya mengelilingi saya dan bu Ari. Sambil bercerita saya berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Saya melihat tetesan keringat mulai mengalir di wajah beberapa siswa. Beberapa siswa juga mulai menghentak-hentakkan kaki mereka tanda mulai capek. Setelah selesai bercerita saya memberi kesempatan para siswa berdiskusi. Saya melihat titik kemenangan ketika ada seorang siswa laki-laki berani mengangkat tangan. Siswa tersebut akhirnya mau menceritakan ulang kisah Pak Belalang. Setelah siswa tersebut selesai bercerita saya hanya mengijinkan siswa masuk kelas setelah berterima kasih kepada temannya yang telah 'menyelamatkan' mereka dari teriknya sinar matahari.

Kejadian siswa memboikot pembelajaran memang dapat memancing emosi, akan tetapi kita harus menyelesaikan masalah dengan semangat mendidik. Bukan semangat otoriter bahwa guru harus benar dan dituruti. Akan menjadi masalah jika ketika itu saya menyuruh siswa berlari keliling lapangan atau saya jemur mereka di lapangan karena tidak nurut. Akan juga terlalu melelahkan jika saya mengumbar emosi marah-marah karena siswa tidak hormat dengan perintah guru. Saya juga memberikan penghargaan kepada siswa yang berani mencoba dengan menyuruh siswa lainnya berterima kasih kepadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar